masukkan script iklan disini

Ada juga secara tiba-tiba menjadi viral, kemarin ada sebuah video ceramah dari seorang ustad yang menuduh lagu anak Balonku dan beberapa lainnya sebagai cara mengajarkan anak untuk membenci Islam. Lagu lainnya yang dituduh sebagai Kristenisasi adalah lagu Naik-Naik ke Puncak Gunung. Apa benar begitu?
Dilihat dari usia, sang ustad sendiri sebenarnya lahir jauh-jauh hari setelah lagu Balonku dan Naik-Naik ke Puncak Gunung diciptakan. Kemungkinan besar masa kecil sang ustad juga ditemani dengan lagu-lagu ini. Lalu kenapa sekarang mulai menuduh aneh-aneh?
Padahal nilai pendidikan dari lagu Balonku adalah mengajarkan anak untuk tidak gampang putus asa. Patah satu tumbuh seribu. Biarkan saja balon hijaunya meletus, saya masih punya empat balon. Jangan terlalu risau.
Warna yang tersisa setelah balon warna hijau meletus adalah kuning, kelabu, merah muda dan biru. Anehnya yang dipersoalkan adalah warna merah dan kuning. Apa karena merah adalah identik dengan PADI Perjuangan dan Kuning adalah warna khas Golkar? Atau ada yang lain? Entahlah.
Selain lagu Balonku, ada satu lagi lagu anak yang dituduh sebagai Kristenisasi. Lagu yang dimaksud adalah Naik-Naik ke Puncak Gunung. Dibilang Kristenisasi karena ada liriknya yang berbunyi, naik-naik ke puncak gunung, tinggi tinggi sekali. Kiri kanan kulihat saja, banyak pohon cemara.
Yang dipermasalahkan adalah kalimat yang mengandung naik, tinggi dan kiri serta kanan. Ini dianggap sebagai cara mengajarkan anak-anak untuk melakukan Tanda Salib dalam ajaran Kristen. Akh sedangkal itukah?
Permasalahan lainnya adalah pohon cemara. Dalam video tersebut, sang ustad menanyakan kenapa harus menggunakan pohon cemara? Kenapa bukan pohon yang lain? Menurutnya pohon cemara identik dengan Pohon Natal, karena itu lirik lagu ini menyesatkan anak-anak atau mengajarkan anak-anak untuk mengenal pohon cemara, Pohon Natalnya orang Kristen.
Bagaimana tanggapan teman-teman?